Apa Itu Sindrom Prader-Willi?
Britanto Dani Wicaksono, PhD on
Mungkin Bunda pernah mendengar atau membaca berita mengenai kelainan genetik yang dinamakan dengan Sindrom Prader-Willi yang diderita anak dari salah seorang aktris Indonesia? Sindrom Prader-Willi merupakan salah satu kelainan genetik langka dan menurut penelitian ditemukan pada setiap 1:10000 – 1:30000 kelahiran hidup, terutama di populasi kaukasia.
Bayi yang mengidap kelainan ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Otot yang lemah.
- Buruknya asupan ASI.
- Ukuran kemaluan laki-laki/perempuan yang lebih kecil daripada normal.
- Terhambatnya perkembangan motorik dan intelektual.
- Kelainan bentuk wajah.
Sindrom Prader-Willi (SPW) disebabkan oleh kelainan pada daerah kritis SPW yang terletak di bagian lengan panjang kromosom 15. Setiap bagian kromosom dari janin, merupakan perpaduan antara kromosom yang diturunkan dari ayah dan ibu. Pada kondisi normal, daerah SPW yang diturunkan dari ibu diinaktivasi melalui proses metilasi DNA, sedangkan daerah SPW yang diturunkan dari ayah tidak diinaktivasi (Gambar 1). Proses ini disebut sebagai perekaman genomik (genomic imprinting).
Gambar 1. Perekaman genomik (genomic imprinting) pada daerah SPW di kromosom 15.
Pada lengan panjang kromosom 15, terdapat daerah yang berperan penting terhadap timbulnya sindrom Prader-Willi (SPW). Proses perekaman genomik (genomic imprinting) akan menginaktivasi daerah SPW pada salinan kromosom 15 yang diturunkan dari ibu, tetapi tidak dengan salinan kromosom 15 dari ayah.
Pada kasus SPW, terdapat tiga mekanisme genetik yang dapat menimbulkan sindrom ini yaitu: (1) hilangnya daerah SPW yang diturunkan dari ayah yang disebut delesi atau mikrodelesi, (2) terjadinya disomi uniparental maternal sehingga hanya daerah SPW dari ibu yang diturunkan atau (3) adanya kecacatan dalam proses perekaman genomik yang menyebabkan proses inaktivasi daerah SPW yang diturunkan dari ibu juga terjadi pada daerah SPW yang diturunkan dari ayah (Gambar 2). Dari ketiga hal ini, mikrodelesi memiliki kontribusi sekitar 65-75% dari keseluruhan kasus sindrom Prader-Willi yang pernah dilaporkan.
Gambar 2. Mekanisme genetik yang dapat menimbulkan sindrom Prader-Willi.
Hilangnya (delesi) daerah SPW pada kromosom 15 salinan dari ayah, dapat menyebabkan timbulnya sindrom Prader-Willi karena tidak adanya daerah SPW yang aktif (65-75% dari total kasus). Pada kasus disomi uniparental maternal, kromosom 15 yang diturunkan ke janin, keduanya berasal dari ibu sehingga kedua daerah SPW-nya akan diinaktivasi oleh proses perekaman genetik (20-30% dari total kasus). Pada kasus cacat perekaman (imprinting defect), ada permasalahan pada proses perekaman (imprinting) menyebabkan daerah SPW yang diturunkan dari ayah juga ikut diinaktivasi bersama dengan daerah SPW dari ibu (1-3% dari total kasus).
NIPT Firstvue™ merupakan pemeriksaan skrining/penapis non-invasif untuk berbagai kelainan kromosom. NIPT Firstvue™ dapat mengetahui adanya kelainan kromosom pada janin dengan menganalisis cell-free DNA janin yang dapat ditemukan dalam darah ibu hamil. Mikrodelesi adalah kelainan kromosom yang bisa dideteksi oleh NIPT Firstvue™. Salah satu mikrodelesi pada kromosom 15, merupakan pencetus SPW. Karena sebagian besar kasus SPW muncul akibat kelainan genetik yang tidak ditemukan di orang tua (kasus simplex) seperti hal-nya sindrom Down, maka NIPT yang mencakup pemeriksaan risiko SPW dapat dilakukan untuk skrining kelainan ini pada janin. Bunda dapat berkomunikasi atau menjadwalkan konsultasi dengan konselor genetik kami untuk mendapatkan informasi yang lebih komprehensif terkait berbagai kelainan genetik/kromosom yang dapat dideteksi oleh NIPT Firstvue™.
Referensi:
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-6408897/apa-itu-sindrom-prader-willi-anak-oki-setiana-dewi-diteliti-karenanya
Cassidy SB, Schwartz S, Miller JL, Driscoll DJ. Prader-Willi Syndrome. Genet Med 2012:14(1):10–26
Driscoll DJ, Miller JL, Cassidy SB. Prader-Willi Syndrome. 1998 Oct 6 [Updated 2023 Nov 2]. In: Adam MP, Feldman J, Mirzaa GM, et al., editors. GeneReviews® [Internet]
Marlinna M, Julia M, Noormanto N. A 14-year-old patient with Prader-Willi syndrome: a case report. Paediatr Indones. 2023;63:51-6
Smith A & Hung D. The dilemma of diagnostic testing for Prader-Willi syndrome. Transl Pediatr. 2017 Jan; 6(1): 46–56.